KESEHATAN REPRODUKSI
PENYAKIT RADANG PANGGUL (PELVIC
INFLAMMATORY DISEASE)
Di susun
O
L
E
H
CHAESAR DWI ANISA
KORIYAH
SISKA DAMAYANTI
SUSTINALITI
WINDI ANISA NURFATWA
PRODI DIV KEBIDANAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDARLAMPUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Kesehatan Reproduksi yang berjudul “Penyakit Radang Panggul” (Pelvic
Inflammatory Disease) dengan baik tanpa hambatan.
Dengan selesainya makalah ini
disusun, kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang
Terhormat Dosen Pembimbing kami serta kepada seemua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.walaupun makalah ini telah selesai,namun karena
keterbatasan kemampuan dan literatur yang kami miliki,sehingga makalah ini jauh
dari sempurna,sehingga besar harapan kami untuk menerima saran dan kritik yang
bersifat konstruktif.
Kami mengucapkan selamat membaca
semoga makalah ini ada manfaatnya bagi pembaca pada umumnya dan ilmu
pengetahuan khususnya.
Terimakasih
Bandarlampung,29 Februari 2012
penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ……………………………………………………………………...... i
KATA
PENGANTAR …………………………………………………………………….. ii
DAFTAR
ISI ………………………………………………………………………………. iii
BAB
I
1.
Pendahuluan………………………………………………………………………… 1
2.
Tujuan………………………………………………………………………………. 1
BAB
II
·
Definisi Penyakit Radang Panggul…………………………………………………..2
·
Penyebab PID……………………………………………………………………….. 3
·
Faktor Resiko………………………………………………………………………... 4
·
Gejala Klinis………………………………………………………………………… 4
·
Diagnosa…………………………………………………………………………….. 5
·
Cara Pengobatan…………………………………………………………………….. 5
·
Cara Pencegahan…………………………………………………………………….6
·
Terapi……………………………………………………………………………….. 7
KESIMPULAN iv
SARAN DAN KRITIK iv
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
1.
PENDAHULUAN
Seorang wanita kerap mengalami keluhan nyeri berkepanjangan pada
daerah perut dan panggulnya.Nyeri tersebut merupakan gejala yang paling sering
dikeluhkan pada wanita yang bagian atas wanita yang sebagian besar akibat
hubungan seksual. Biasanya disebabkan oleh Neisseria gonore dan Klamidia
trakomatis dapat pual oleh organisme lain yang menyebabkan vaginosis bacteriaPenyakit radang panggul adalah
infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi
endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot
rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan
komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta
wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada
wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang
menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut
kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal.Terdapat
peningkatan jumlah penyakit ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan
beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan
penggunaan kontrasepsi seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah
tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan
pemasangan IUD (spiral). 85% kasus terjadi secara spontan pada wanita usia
reproduktif yang seksual aktif.
2. TUJUAN
1.
Untuk memperdalam pengetahuan
tentang Penyakit Radang Panggul (PID)
2.
Serta untuk
mengkaji,mendiagnosa,mengevaluasi,serta mengimplementasi penyakit radang
panggul.
1
BAB II
DEFINISI
PENYAKIT RADANG PANGGUL (PELVIC INFLAMMATORY DISEASE)
Penyakit Radang
Panggul atau Pelvic Inflammatory Disesase (selanjutnya dalam tulisan
ini akan disingkat menjadi PID) merupakan istilah yang merujuk pada suatu
infeksi pada uterus (rahim), tuba fallopii (suatu saluran yang membawa sel
telur dari ovarium ke uterus), dan organ reproduksi lainnya. Penyakit ini merupakan
komplikasi yang umum terjadi pada penyakit-penyakit menular seksual (Sexually
Transmitted Disease/STDs), utamanya yang disebabkan oleh chlamydia dan
gonorrhea.PID dapat merusak tuba fallopii dan jaringan yang dekat dengan uterus
dan ovarium.
Berdasarkan data
epidemiologis yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) di Amerika Serikat (tahun 2008) disebutkan bahwa lebih
dari 1 juta wanita pernah mengalami episode PID akut dalam kehidupannya. Dan
lebih dari 100.000 wanita menjadi infertil setiap tahunnya karena PID dan
proporsi yang semakin besar dari kejadian kehamilan ektopik setiap tahunnya
terkait dengan dampak lanjutan dari PID yang tidak tertangani dengan baik.
Setiap wanita
sesungguhnya memiliki barrier fisiologis yang menyebabkan kuman-kuman mengalami
hambatan mekanik, biokemik, dan imunologis, baik itu pada vagina, ostium uteri
eksternum, kavum uterus, maupun pada lumen tuba uterina fallopii. Bentuk-bentuk
hambatan itu diantaranya adalah: epitel vagina wanita dewasa yang cukup tebal
dan terdiri atas glikogen, serta basil Doderlein yang memungkinkan pembuatan
asidum laktikum sehingga terdapat reaksi asam dalam vagina, yang selanjutnya
memperkuat daya tahan vagina. Walaupun dalam vagina terdapat banyak kuman lain,
akan tetapi dalam keadaan normal basil Doderlein lebih dominan. Pada serviks
uteri terdapat kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan lendir yang alkalis serta
mengental di bawah kanalis servikalis dan ini menyulitkan masuknya kuman ke
atas.Getaran rambut getar pada mukosa tuba fallopii menyebabkan arah
pergerakannya menuju uterus dan hal ini disokong oleh gerakan peristaltik tuba
yang merupakan halangan pada infeksi untuk terus meluas ke rongga peritonium.
Barrier fisiologis ini akan terganggu pada keadaan-keadaan perdarahan, abortus,
dan instrumentasi kanalis servikalis.
2
PENYEBAB PID
Pelvic
Inflammatory Disesase ini biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri yang juga menyebabkan penyakit menular seksual lainnya.
Diantaranya adalah: C.trachomatis, N gonorrhoeae, Gardnerella vaginalis,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli (organisme gram negatif yang enterik),
Bacteroides fragilis, dan Mycoplasma genitalium. Sedangkan penyebab lainnya
yang lebih jarang terjadi adalah: aktinomikosis (infeksi jamur), skistosomiasis
(infeksi parasit), tuberkulosis, dan penyuntikan zat warna pada pemeriksaan
rontgen khusus.
Pelvic
Inflammatory Disesase terjadi jika
mikroorganisme penyebab tersebut bergerak naik dari vagina atau servik menuju
organ reproduksi di atasnya.Dan kuman terbanyak penyebab PID ini adalah
gonorrhea dan chlamydia, yang juga penyebab penyakit menular seksual terbanyak.
Wanita yang telah memulai aktivitas seksualnya pada usia remaja dan juga
berganti-ganti pasangan (di bawah usia 25 tahun) memiliki resiko lebih tinggi
dibandingkan wanita berusia di atas 25 tahun untuk menderita PID. Hal ini
dikarenakan serviks pada remaja perempuan dan wanita muda belum sepenuhnya
matur, sehingga meningkatkan suseptibilitas terkena penyakit menular seksual
yang berkaitan pula dengan PID tersebut.Faktor resiko lainnya adalah
berganti-ganti pasangan seksual, sering mencuci vagina dengan produk pembersih
padahal dapat merubah suasana vagina sehingga dapat memudahkan kuman untuk
menembus barier alamiah tersebut.Wanita yang menggunakan IUD (intrauterine
device) juga memiliki resiko untuk menderita PID dibandingkan dengan
wanita yang tidak menggunakan, terutama dalam 4 bulan setelah pemasangan
IUD.Hal ini disebabkan adanya penghubung yang memudahkan kuman untuk masuk ke
dalam uterus.
Namun resiko ini
dapat ditekan, jika sebelum pemasangan telah dilakukan pemeriksaan terhadap
kemungkinan menderita penyakit menular seksual sebelumnya.Di samping itu faktor
resiko lainnya adalah pada saat menstruasi.Di mana minggu pertama haid
merupakan periode rawan untuk PID, karena jaringan nekrotik merupakan media
yang paling baik untuk pertumbuhan N. gonorrhoeae.Oleh karenanya, penting
diperhatikan oleh wanita yang sedang menstruasi untuk meningkatkan kebersihan
daerah sekitar kemaluannya.
3
FAKTOR RESIKO
Wanita yang aktif
secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit
radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk
berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman
dibandingkan wanita berumur.Faktor
lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir
servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti
gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga
tidak dapat memproteksi masuknya bakteri.
GEJALA KLINIS
Keluhan yang
dirasakan pasien yang menderita PID biasanya beragam.Mulai dari tidak ada
keluhan sampai dengan keluhan yang sangat berat. Keluhan-keluhan tersebut dapat
berupa demam,keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi,dan bau yang
abnormal,timbul bercak-bercak kemerahan di celana dalam,nyeri senggama,nyeri
saat buang air kecil,menstruasi yang tidak teratur,kram perut saat menstruasi,
terjadi perdarahan hebat saat menstruasi,nyeri pada daerah perut bawah dan
dapat memburuk jika disertai mual muntah,serta kelelahan yang disertai dengan
nafsu makan yang berkurang. Nyeri yang mendadak pada perut bagian bawah dapat
terjadi jika abses pecah, di mana daerah nyeri tersebut mulai dari daerah
sekitar abses yang pecah menjalar ke seluruh dinding perut yang mengakibatkan
peritonitis generalisata.Juga dapat ditemukan anemia pada abses pelvik yang
telah berlangsung beberapa minggu.
Pelvic
Inflammatory Disesase sulit didiagnosis karena
seringkali gejala yang ditunjukkan tidak begitu kelihatan dan biasanya
ringan.Banyak episode PID tidak terdeteksi dengan baik karena seringkali wanita
yang menderita ataupun dokter yang dikunjunginya tidak begitu memikirkan PID
oleh karena keluhan dan gejala yang tidak spesifik.Dalam membantu diagnosis
PID, dapat dikerjakan pemeriksaan darah untuk melihat kenaikan dari sel darah
putih (leukosit) yang menandakan terjadinya infeksi, serta peningkatan C-reactive
protein (CRP) dan laju endap darah (namun tidak spesifik). Kemudian kultur
untuk GO dan chlamydia digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Ultrasonografi
atau USG dapat digunakan baik USG abdomen (perut) atau USG vagina, untuk
mengevaluasi saluran tuba dan alat reproduksi lainnya. Biopsi endometrium dapat
dipakai untuk melihat adanya infeksi
4
DIAGNOSA
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut.
Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
·
Pemeriksaan
darah lengkap
·
Pemeriksaan
cairan dari serviks
·
Kuldosintesis
·
Laparoskopi
·
USG
panggul
PENGOBATAN
Pelvic
Inflammatory Disesase dapat diobati dengan
beberapa macam antibiotika.Namun pemberian antibiotika ini tidak sepenuhnya
mengembalikan kondisi pasien apabila telah terjadi kerusakan pada organ
reproduksi wanita ini. Jika seorang wanita memiliki nyeri pelvis dan keluhan
PID yang lain, sebaiknya segera berobat ke dokter. Pemberian antibiotika yang
tepat akan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut pada saluran reproduksi
wanita. Seorang wanita yang menunda pengobatan PID, akan lebih besar
kemungkinannya untuk menderita infertilitas atau dapat terjadi kehamilan
ektopik oleh karena kerusakan tuba fallopii.
Karena sulitnya
untuk mengidentifikasi organisme yang menyerang organ reproduksi internal dan
juga kemungkinan lebih dari satu organisme sebagai penyebab PID, maka PID
biasanya diobati dengan sedikitnya dua macam antibiotika yang memiliki
efektivitas yang baik di dalam mematikan organisme penyebab
tersebut.Antibiotika ini dapat diberikan secara oral maupun secara injeksi.
Antibiotika yang dapat digunakan antara lain: ofloxacin, metronidazole, dan
doxycycline. Di mana lamanya pengobatan biasanya ± 14 hari.
Pengobatan yang
tepat dan sesuai dapat mencegah komplikasi PID.Tanpa pengobatan yang tepat PID
dapat menyebabkan kerusakan permanen dari organ reproduksi wanita.Organisme
penyebab PID dapat menginvasi tuba fallopii dan menyebabkan terbentuknya
jaringan parut (scar tissue).
5
PENCEGAHAN
Wanita dapat
melindungi diri mereka dari PID dengan mencegah terkena STDs atau segera
berobat ke dokter jika mereka menderita STDs. Cara terbaik untuk mencegah STDs
adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual berganti pasangan atau setia
pada pasangannya yang telah dikenalnya betul serta pernah menjalani skrining
test STDs. Kondom pria yang mengandung latex, yang digunakan dengan benar dan
berkelanjutan, dapat menurunkan resiko terinfeksi chlamydia dan gonorrhea. CDC
merekomendasikan pemeriksaan chlamydia kepada seluruh wanita berusia 25 tahun
atau kurang yang telah aktif secara seksual ataupun kepada wanita yang lebih
tua dengan resiko menderita infeksi chlamydia (mereka yang memiliki pasangan
baru atau melakukan hubungan multipartner), serta kepada seluruh wanita hamil.
Keluhan pada alat
genital wanita, seperti adanya luka, keluar cairan dengan bau yang abnormal,
rasa nyeri ketika buang air kecil, ataupun perdarahan di luar siklus menstruasi
bisa jadi merupakan pertanda infeksi STDs. Jika wanita tersebut mengalami
keluhan tersebut, sebaiknya menghentikan hubungan seksualnya untuk sementara
waktu dan segera berkonsultasi dengan dokter. Mengobati STDs secara lebih dini
dapat membantu mencegah PID. Setiap wanita yang menderita STDs dan sedang
menjalani pengobatan, sebaiknya mengajak pasangannya ke dokter dan diperiksa
terhadap kemungkinan untuk menderita STDs. Hubungan seksual sebaiknya jangan
dimulai hingga pasangannya telah diperiksa dan telah menjalani pengobatan
dengan tuntas apabila mereka memang menderita STDs.
6
TERAPI
Tujuan utama terapi
penyakit ini adalah mencegah kerusakan saluran tuba yang dapat mengakibatkan
infertilitas (tidak subur) dan kehamilan ektopik, serta pencegahan dari infeksi
kronik
Pengobatan dengan
antibiotik, baik disuntik maupun diminum, sesuai dengan bakteri penyebab adalah
pilihan utama.Kontrol setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan untuk
melihat hasil dan perkembangan dari pengobatan.Pasangan seksual juga harus
diobati.Wanita dengan penyakit radang panggul mungkin memilikipasangan yang
menderita gonorea atau infeksi chlamydia yang dapat menyebabkan penyakit ini.
Seseorang dapat menderita penyakit menular seksual meskipun
tidak memiliki gejala.Untukmengurangi risiko terkena penyakit radang panggul
kembali, maka pasangan seksual sebaiknya diperiksa dan diobati apabila memiliki
PMS.
7
KESIMPULAN
Penyakit Radang Panggul (Salpingitis,PID,Pelvic Inflammatory Disease)
adalah suatu peradangan pada tuba fallopi (saluran yang menghubungkan indung
telur dengan Rahim).Peradangan tuba fallopi terutama terjadipada wanita yang
secar seksual aktif.Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD.
Penyakit radang panggul terjadi
apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah,yang menyebar keatas
melalui leher Rahim.buth waktu dalam hitunganhari atau minggu untuk seorang
wanita menderita penyakit radang panggul.Bakteri penyebab tersering adalah N.
Gonnorhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan
jarigan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher Rahim maupun vagina
menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS.Proses
menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan
endometriumyang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari Rahim,serta
menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
Penyebab lainnya yang lebih
jarang terjadi adalah :
-
Aktinomikosis
(infeksi bakteri)
-
Skistosomiasis
(infeksi parasite)
-
Tuberkulosis
-
Penyuntikan
zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.
SARAN
Untuk menghindari Penyakit Radng
Panggul yang sering dialami oleh kebanyakan wanita sebaiknya dimulai terlebih
dahulu dari hal yang paling mudah yaitu menjaga diri termasuk merawat pada
daerah yang rawan mikroba termasuk di daerah genetalia bagian dalam vagina,agar
terhindar dari bakteri yang dapat menyebabkan rasa nyeri,serta harus setia pada
satu pasangan saja.Dan mulailah menjaga anggota tubuh kita agar terhindar dari
penyakit.
iv
DAFTAR PUSTAKA
Terimakasih banyak, sangat membantu sekali informasinya...
BalasHapushttp://landongobatherbal.com/obat-herbal-radang-panggul/