Kamis, 19 Juli 2012

HEPATITIS


BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di Amerika tetapi juga di seluruh dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara semua penyakit menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat dan merupakan penyakit endemi di kebanyakan negara-negara di dunia. Walaupun mortalitas akibat hepatitis ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka morbiditas dan kerugian ekonomi yangbesar.
Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh, walaupun efek yang menyolok terjadi pada hati. Telah ditemukan 5 kategori virus yang ditemukan menjadi agen penyebab :
·        Virus hepatitis A
·        Virus Hepatitis B
·        Virus Hepatitis C
·        Virus Hepatitis D
·        Virus Hepatitis E
Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan subklinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang fatal.
Bentuk hepatitis yang paling dikenal adalah HAV ( hepatitis A ) dan HBV (hepatitis B ). Kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non parenteral.  Hepatitis umumnya lebih ringan dan lebih sering asimptomatik pada yang lebih muda daripada yang tua. Frekuensi hepatitis yang tidak khas yang dideteksi dengan pemeriksaan aminotransferase yang abnormal. Kasus yang tidak khas dibanding dengan yang simptomatik, adalah tinggi pada infeksi yang berhubungan dengan transfusi, pada anak-anak, dan pada golongan yang menunjukkan kecendrungan untuk infeksi kronik HBV.
Sering juga kita mengenal istilah hepatitis virus kronis. Istilah hepatitis virus kronis mencakup sekelompok kelaianan hati yang memperlihatkan proses peradangan dan nekrosis yang aktif dan kronik, dengan etiologi, perjalanan penyakit dan terapi yang berbeda. Diagnosis hepatitis kronis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologis jaringan hati sangat diperlukan untuk menentukan tingkat morfologi penyakit pada saat tersebut.
Hepatitis virus kronik merupakan suatu sindrom klinis dan patologis yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi, ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada hati yang berlangsung terus-menerus tanpa penyembuhan dalam waktu paling sedikit 6 bulan.























BAB II
ISI


Hepatitis Kronis / Autoimun   DEFINISI
Hepatitis Kronis adalah peradangan yang berlangsung selama minimal 6 bulan.

Hepatitis kronis lebih jarang ditemukan, tetapi bisa menetap sampai bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun.  Biasanya ringan dan tidak menimbulkan gejala ataupun kerusakan hati yang berarti. Pada beberapa kasus, peradangan yang terus menerus secara perlahan menyebabkan kerusakan hati dan pada akhirnya terjadilah sirosis dan kegagalan hati.
PENYEBAB
Penyebab yang sering ditemukan adalah virus hepatitis C; sekitar 75% hepatitis C akut menjadi kronis.  Virus hepatitis B kadang bersamaan dengan virus hepatitis D, menyebabkan sejumlah kecil infeksi kronis.  Virus hepatitis A dan E tidak menyebabkan hepatitis kronis.
 Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti hal Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati. Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B.
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (VHC). Proses penularannya melalui kontak darah {transfusi, jarum suntik (terkontaminasi), serangga yang menggiti penderita lalu mengigit orang lain disekitarnya}. Penderita Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang jelas, akan tetapi pada penderita Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan/kematian sel-sel hati dan terdeteksi sebagai kanker (cancer) hati. Sejumlah 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun.


Obat-obat seperti metildopa, isoniazid, nitrofurantoin dan asetaminofen juga menyebabkan hepatitis kronis, terutama jika digunakan untuk jangka panjang.
Penyakit Wilson merupakan penyakit keturunan yang melibatkan penimbunan tembaga yang abnormal, yang biisa menyebabkan hepatitis kronis pada anak-anak dan dewasa muda.

Belum diketahui penyebab yang pasti mengapa virus dan obat yang sama akan menyebabkan hepatitis kronis pada beberapa orang, tetapi tidak pada yang lainnya. Salah satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa pada orang yang menderita hepatitis kronis, sistem kekebalan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap infeksi virus atau obat-obatan.

Pada beberapa penderita hepatitis kronis tidak dapat ditemukan penyebabnya yang pasti. Penyakit ini tampaknya merupakan reaksi sistem kekebalan yang berlebihan, yang menyebabkan terjadinya peradangan menahun.  Keadaan ini disebut sebagai hepatitis autoimun, yang lebih banyak ditemukan pada wanita.

GEJALA
Sekitar sepertiga hepatitis kronis timbul setelah suatu serangan hepatitis virus akut. Yang lainnya timbul secara bertahap tanpa penyakit yang jelas sebelumnya.

Banyak penderita hepatitis kronis yang tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Bila timbul gejala, bisa berupa:
·        perasaan tidak enak badan
·        nafsu makan yang buruk
·        kelelahan.

Kadang terjadi demam ringan dan rasa tidak nyaman di peruta bagian atas.
Sakit kuning (jaundice) bisa terjadi, bisa juga tidak.

Pada akhirnya akan timbul gambaran penyakit hati menahun:
·        pembesaran limpa
·        gambaran pembuluh darah yang menyerupai laba-laba di kulit
·        penimbunan cairan.

Gejala lainnya yang timbul pada wanita muda penderita hepatitis autoimun:
-          jerawat
-          terhentinya siklus menstruasi
-          nyeri sendi
-          pembentukan jaringan parut di paru-paru
-          peradangan kelenjar tiroid dan ginjal
-          anemia.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan tes fungsi hati.
Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan biopsi hati.  Dengan memeriksa jaringan hati dibawah mikroskop, akan diketahui beratnya peradangan dan adanya pembentukan jaringan parut maupun sirosis. Biopsi juga bisa menentukan penyebab dari hepatitis.






PENGOBATAN
Banyak penderita hepatitis kronis yang selama bertahun-tahun tidak menunjukkan kerusakan hati yang progresif.  Penderita lainnya mengalami perburukan penyakit secara bertahap. Jika hal ini terjadi dan penyakit terjadi akibat infeksi virus hepatitis B atau C, maka untuk menghentikan peradangan diberikan interferon-alfa. Tetapi obat ini mahal dan memiliki efek samping; selain itu hepatitis cenderung kambuh kembali jika pengobatan dihentikan.
Pengobatan yang lebih baik adalah ribavirin bersamaan dengan interferon-alfa.

Hepatitis autoimun biasanya diobati dengan corticosteroid, kadang dikombinasikan dengan
azathioprin. Obat ini menekan peradangan, meringankan gejala dan memperbaiki angka harapan hidup penderita. Tetapi pembentukan jaringan parut (fibrosis) di hati secara bertahap akan semakin memburuk. Menghentikan pengobatan biasanya menyebabkan kekambuhan, sehingga sebagian besar penderita harus mengkonsumsi obat ini terus menerus. Sekitar 50% penderita hepatitis autoimun akan mengalami sirosis, kegagalan hati atau keduanya. Jika diduga penyebabnya adalah obat, maka pemakaian obat segera dihentikan.

Tanpa menghiraukan penyebab maupun jenisnya, setiap komplikasi (misalnya asites atau ensefalopati hepatikum) harus diobati.
Penanganan dan Pengobatan Hepatitis BPenderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi. a. Pengobatan oral yang terkenal adalah ; - Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter. - Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.- Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat ini belum dikatakan stabil.
Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah ;Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar sinar ß yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol.
Penanganan dan Pengobatan Hepatitis CSaat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.






























BAB III
PENUTUP

Hepatitis Kronis adalah peradangan yang berlangsung selama minimal 6 bulan.
Hepatitis kronis lebih jarang ditemukan, tetapi bisa menetap sampai bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun.  Biasanya ringan dan tidak menimbulkan gejala ataupun kerusakan hati yang berarti. Pada beberapa kasus, peradangan yang terus menerus secara perlahan menyebabkan kerusakan hati dan pada akhirnya terjadilah sirosis dan kegagalan hati
Banyak penderita hepatitis kronis yang selama bertahun-tahun tidak menunjukkan kerusakan hati yang progresif.  Penderita lainnya mengalami perburukan penyakit secara bertahap. Jika hal ini terjadi dan penyakit terjadi akibat infeksi virus hepatitis B atau C, maka untuk menghentikan peradangan diberikan interferon-alfa. Tetapi obat ini mahal dan memiliki efek samping; selain itu hepatitis cenderung kambuh kembali jika pengobatan dihentikan.
Pengobatan yang lebih baik adalah ribavirin bersamaan dengan interferon-alfa.












DAFTAR PUSTAKA

penyakit hepatitis.com
hepatitis A dan hepatitis


















MAKALAH
ILMU PENYAKIT
“HEPATITIS KRONIS”

MALAHAYATI WR.jpg






Disusun oleh:
Nama : Ramsiyana
NPM : 11340098
Kelas : I.c D.IV kebidanan

D.IV KEBIDANAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
ANGKATAN 2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena dengan rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini kami buat sebaik mungkin dengan harapan dapat membantu meningkatkan pemahaman tentang hepatitis kronis

Kami menyadari makalah ini masih ada beberapa kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun baik dari teman teman maupun dari para dosen agar selanjutnya bisa lebih sempurna.

Akhir kata selamat membaca analisis unsur intrinsik ini. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.


      Bandarlampung, juni 2012






i
 
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

BAB II
ISI ................................................................................................................................ 3

BAB III
PENUTUP ................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA



ii
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar