BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hormon adalah zat kimia
yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu. Kelenjar ini
merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga sekresinya akan masuk
aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh. Apabila sampai
pada suatu organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya perubahan. Pada
umumnya pengaruh hormon berbeda dengan saraf. Perubahan yang dikontrol oleh
hormon biasanya merupakan perubahan yang memerlukan waktu panjang. Contohnya
pertumbuhan dan pemasakan seksual.
1. Kelenjar Endokrin dan
Hormon yang Dihasilkan
Dalam tubuh manusia ada
tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipofisis, tiroid, paratiroid,
kelenjar adrenalin (anak ginjal), pankreas, ovarium, dan testis.
a. Hipofisis
Kelenjar ini terletak
pada dasar otak besar dan menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur
kegiatan kelenjar lainnya. Oleh karena itu kelenjar hipofisis disebut master
gland. Kelenjar hipofisis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian anterior,
bagian tengah, dan bagian posterior.
b. Tiroid (Kelenjar
Gondok)
Tiroid merupakan
kelenjar yang berbentuk cuping kembar dan di antara keduanya dapat daerah yang
menggenting. Kelenjar ini terdapat di bawah jakun di depan trakea. Kelenjar
tiroid menghasilkan hormon tiroksin yang mempengaruhi metabolisme sel tubuh dan
pengaturan suhu tubuh. Tiroksin mengandung banyak iodium. Kekurangan iodium
dalam makanan dalam waktu panjang mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok
karena kelenjar ini harus bekerja keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan
tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan
kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme,
yaitu kelainan fisik dan mental yang menyebabkan anak tumbuh kerdil dan
idiot. Kekurangan iodium yang masih ringan dapat diperbaiki dengan menambahkan
garam iodium di dalam makanan.
Produksi tiroksin yang berlebihan menyebabkan
penyakit eksoftalmik tiroid (Morbus Basedowi) dengan gejala sebagai
berikut; kecepatan metabolisme meningkat, denyut nadi
bertambah, gelisah, gugup, dan merasa demam.
Gejala lain yang nampak adalah bola mata menonjol keluar (eksoftalmus) dan
kelenjar tiroid membesar.
c. Paratiroid l Kelenjar
Anak Gondok
Paratiroid menempel pada
kelenjar tiroid. Kelenjar ini menghasilkan parathormon yang berfungsi mengatur
kandungan fosfor dan kalsium dalam darah. Kekurangan hormon ini menyebabkan tetani
dengan gejala: kadar kapur dalam darah menurun, kejang di tangan dan kaki,
jari-jari tangan membengkok ke arah pangkal, gelisah, sukar tidur, dan
kesemutan.
d. Kelenjar Adrenal l
Suprarenal l Anak Ginjal
Kelenjar ini berbentuk
bola, menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar
suprarenal dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian
tengah (medula).
e. Pankreas
Ada beberapa kelompok sel pada pankreas yang
dikenal sebagai pulau Langerhans berfungsi sebagai kelenjar endokrin
yang menghasilkan hormon insulin. Hormon ini berfungsi mengatur konsentrasi
glukosa dalam darah. Kelebihan glukosa akan dibawa ke sel
hati dan selanjutnya akan dirombak menjadi glikogen untuk disimpan.
f. Ovarium
Ovarium merupakan organ reproduksi wanita.
Selain menghasilkan sel telur, ovarium juga menghasilkan hormon. Ada dua macam
hormon yang dihasilkan ovarium yaitu sebagai berikut.
1. Estrogen
Hormon ini dihasilkan oleh Folikel Graaf.
Pembentukan estrogen dirangsang oleh FSH. Fungsi estrogen ialah menimbulkan dan
mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita. Tanda-tanda kelamin
sekunder adalah ciri-ciri yang dapat membedakan wanita dengan Aria tanpa
melihat kelaminnya. Contohnya, perkembangan pinggul dan payudara pada wanita
dan kulit menjadi bertambah halus.
2. Progesteron
Hormon ini dihasilkan
oleh korpus luteum. Pembentukannya dirangsang oleh LH dan berfungsi menyiapkan
dinding uterus agar dapat menerima telur yang sudah dibuahi.
Plasenta membentuk estrogen dan progesteron
selama kehamilan guna mencegah pembentukan FSH dan LH. Dengan demikian, kedua
hormon ini dapat mempertahankan kehamilan.
g. Testis
Seperti halnya ovarium, testis adalah organ
reproduksi khusus pada pria. Selain menghasilkan sperma, testis berfungsi
sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon androgen, yaitu testosteron.
Testosteron berfungsi menimbulkan dan memelihara kelangsungan tanda-tanda
kelamin sekunder. Misalnya suaranya membesar, mempunyai kumis, dan jakun.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang hormone tiroid dan obat-obatan
yang dapat mempengaruhi hormone tiroid, selain itu untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah.
\
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN HORMON TIROID
Tiroid atau kelenjar gondok adalah
sebuah organ kecil yang terdiri dari dua bagian yang dihubungkan jembatan,
mirip prisai (bahasa yunani thyreos=prisai); letaknya di bagian bawah leher
mendampingi batang tenggorok; pada orang dewasa beratnya kira-kira 25 – 30 gram
Fungsi
hormon-hormon tiroid adalah :
– mempertinggi metabolisme sel;
– mempertinggi pemakaian oksigen;
– menstimulir pembentukan protein di
dalam sel;
– mempercepat pertumbuhan sel,
– mempercepat kerja jantung &
peredaran darah
– memperkuat peristaltik lambung-usus
Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang
dapat menyerap iodin atau yodium yang diambil melalui
pencernaan makanan. Iodin ini akan bergabung dengan asam amino tirosin yang kemudian akan diubah
menjadi T3 (triiodotironin) dan T4 (triiodotiroksin). Dalam keadaan normal
pengeluaran T4 sekitar 80% dan T3 15%. Sedangkan yang 5% adalah hormon-hormon
lain seperti T2. T3 dan T4 membantu sel mengubah oksigen dan kalori menjadi
tenaga (ATP = adenosin tri fosfat). T3 bersifat lebih aktif daripada T4. T4
yang tidak aktif itu diubah menjadi T3 oleh enzim 5-deiodinase yang ada di
dalam hati dan ginjal. Proses ini juga berlaku di organ-organ lain seperti
hipotalamus yang berada di otak tengah. Hormon-hormon lain yang berkaitan
dengan fungsi tiroid ialah TRH (tiroid releasing hormon)dan TSH (tiroid
stimulating hormon). Hormon-hormon ini membentuk satu sistem aksis otak
(hipotalamus dan pituitari)- kelenjar tiroid. TRH dikeluarkan oleh hipotalamus
yang kemudian merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan
akan merangasang tiroid untuk mengeluarkan T3 dan T4. Oleh karena itu hal yang
mengganggu jalur diatas akan menyebabkan produksi T3 dan T4.
2.2 HIPOFUNGSI
Pada hipotirosis atau hipofungsi
tiroid aktivitas kelenjar lebih rendah dari normal dan produksi
hormon-hormonnya berkurang. Misalnya pada penyakit myxedema yang berciri
anemia, rasa lesu, dingin & kantuk, tak mampu memprestasikan sesuatu, muka
busung (udem), pucat dan berat badan meningkat, sedangkan denyut nadi
diperlambat, begitu pula buang air besar kurang lancar karena peristaltik
berkurang. Pada wanita seringkali suaranya menjadi agak serak dan haid lebih
deras. Bila hipofungsi dimulai sedari lahir, maka terjadilah penyakit
kretinisme, dimana pertumbuhan tubuh dan mental terganggu, mendekati pandir
(idiot) dengan tubuh kerdil dan seringkali dengan struma (gondok) di leher
karena tiroid membesar. Penyakit-penyakit ini dapat disebabkan oleh tidak
adanya iod dalam air atau pangan, juga karena tubuh tidak sanggup membentuk
mono- dan di-iodtiroksin atau pula tidak dapat mempersenyawakannya menjadi T3
dan T4.
2.2.1 PENGOBATAN HIPOTIROSIS
Hormon tiroid dalam Penggunaan Klinis, penggunaan
satu-satunya yang tepat dari hormon-hormon tiroid adalah pada terapi-substitusi
dari hipotirosis. Biasanya digunakan serbuk organ atau tiroksin, yang mulai
kerjanya lambat, setelah sejumlah hari (masa latensi) dengan efek maksimal baru
tercapai setelah lebih kurang 10 hari. T3 kerjanya lebih cepat, tetapi
berhubung khasiatnya yang lebih kurang 5 kali lebih kuat dan resiko efek
samping yang lebih besar maka hanya digunakan pada keadaan-keadaan genting,
seperti koma (pingsan), myxudema.
Pengobatannya dilakukan dengan
terapi-substitusi dengan serbuk tiroid atau hormonnya.
1. Serbuk tiroid (thyranon)
Serbuk organ diperoleh dari tiroid binatang menyusui,
lasimnya domba, karena kadar hormonnya tinggi, yang telah dibebaskan dari lemak
dan jaringan-jaringan pengikatnya dan kemudian dikeringkan. Serbuk ini
mengandung T3 dan T4 dalam perbandingan tak tertentu, yang aktivitasnya berhubungan
erat dengan kadar-iod dari serbuk. Selama resorpsi dari usus yang berlangsung
perlahan, T3 & T4 dibebaskan dengan jalan enzimatis. Berhubung adanya masa
latensi, maka efeknya baru nyata setelah 3 – 7 hari. Biasanya dimulai dengan
dosis rendah yang berangsur-angsur dinaikkan hingga tercapai efek sampingan
seperti takikardi dan kegelisahan, kemudian dosis ini dikurangi dengan 25 mg
dan digunakan untuk pemeliharaan. Dosis oral pemula 12,5 – 50 mg,
perlahan-lahan dinaikkan sampai 150 mg/hari. Dosis dapat diberikan sebagai
single dosis pada pagi hari, tablet harus di kunyah atau dilarutkan dalam air
2. Tiroksin (T4)
Hormon ini dibuat secara sintetis.
Penggunaannya tidak ada keuntungan di atas serbuk organ (yg harganya lebih
murah & kini paling banyak digunakan), kecuali dapat digunakan sebagai
injeksi; resiko over-dose & eso lebih besar. Dosis oral pemula 2 – 3
kali/hari 5 – 10 mcg, yang berangsur-angsur dinaikkan sampai 60 – 100 mcg/hari.
Mekanisme/kerja :
Menggantikan
kadar serum normal T4 dan T3 (T4 dikonversi
menjadi T3 oleh deyoinasi di perifer).
Indikasi :
Obat
pilihan untuk hipoiroid.
Efek tak diinginkan :
Tidak
ada toksisitas pada kadar penggantian. Over dosis menyebabkan efek hipertiroid.
Farmakokinetik :
PO/IV.
70% diabsorpsi, aitan kerja lambat, waktu paruh = 1 minggu.
Catatan
:
Pengobatan
lama. Pasien jangan menghentikan terapi penggantian bila hipotiroid hilang.
Dosis oral 0,2 – 0,4 mg/hari,
setelah dimulai dengan dosis rendah 0,05 – 0,1 mg/hari yg berangsur-angsur
dinaikkan; ada kalanya dicampur dengan 25% liotironin untuk meniru efek serbuk
tiroid. Dosis ekuivalen 0,1 mg tiroksin=50 mg serbuk tiroid=0,02 mg liotironin.
3. Liotironin (Triidtironin T3)
Hormon ini juga dibuat secara
sintetis, khasiatnya lebih kurang 5 kali lebih kuat daripada tiroksin; mulai
kerjanya juga lebih cepat (setelah beberapa jam), tetapi hanya singkat. Bahaya
efek sampingnya lebih tinggi, terutama infark jantung, maka hanya digunakan
bila dibutuhkan kerja yg pesat dan kuat, misal pada coma myxudem.
Mekanisme/kerja
:
Menggantikan
T3.
Indikasi
:
Digunakan
pada pasien hipotiroid yang sulit mengabsorpsi levotiroksin.
Efek
tak diinginkan :
Tidak
ada toksisitas pada kadar penggantian. Over dosis menyebabkan efek hipertiroid.
Farmakokinetik
:
PO/IV.
100% diabsorpsi, awitan kerja cepat, waktu paruh = beberapa jam.
Catatan
:
Karena
waktu paruh pendek, kadar serum berbeda-beda sesuai pemberian dosis.
4. Liotriks (T4 & T3) (mis. Euthyroid)
Mekanisme kerja :
Menggantikan T4 dan T3
Indikasi :
Bila konversi T4 dan T3
rendah abnormal (koma miksedema) , liotriks dapat lebih berguna daripada
levotiroksin.
Efek tak diinginkan :
Tidak ada toksisitas pada kadar
penggantian. Over dosis menyebabkan efek hipertiroid.
• Efek Samping
– Sama dengan hipertirosis, kecuali
exoftalmus, terutama denyut-nadi pesat, rasa gelisah & sulit tidur
– Pada pentakaran yg terlalu
mendadak tinggi, dapat terjadi angina pectoris & infark jantung; guna
menghindarkan hal ini dosis harus dimulai rendah sekali & berangsur-angsur
dinaikkan
– Semakin keras keadaan hipotirosis,
semakin besar kepekaan organisme terhadap hormon-hormon tiroid & semakin
rendah pula hendaknya dosis awal.
2.3 HIPERFUNGSI
Pada hipertirosis/hiperfungsi tiroid justru terdapat
overproduksi hormon-2 tiroid, sebagaimana halnya penyakit Basedow/Grave,
gejalanya takikardi, struma dan eksoftalmus (mata menonjol keluar), meskipun
kedua gejala terakhir tidak selalu Nampak. Selanjutnya tremor (tangan
gemetaran) dan berkeringat, gelisah, sering buang air besar dan cair karena
peristaltik diperkuat. Pada lansia seringkali gejalanya berupa kelemahan
jantung : takikardi, udem, banyak berkemih, jantung & hati membesar. Sebab
hipertirosis dalam kebanyakan hal adalah stimulasi tiroid oleh suatu globulin
darah yang memiliki aktivitas TSH, yakni LATS (long acting thyroid stimulator).
Seringkali juga disebabkan adanya banyak benjol-2 kecil dalam kelenjar (noduli)
yang secara otonom membentuk hormon-hormon berkelebihan di luar pengaruh sistem
hipotalamus-hipofisis. Dapat pula diakibatkan oleh pemasukan iodida atau iod
selama waktu yang lama, misalnya banyak makan terlalu banyak obat batuk yang
mengandung kaliumiodida atau garam dapur yang mengandung iodide.
2.3.1 PENGOBATAN HIPERTIROSIS
Terapi ditujukan terhadap mengurangi
aktivitas tiroid, yakni dengan mengeluarkan atau merusak sebagian kelenjar
(operasi atau iod radio-aktif), atau dengan mengurangi produksi
hormon-hormonnya dengan tiroistatika. Operasi (strumectomi) dilakukan bila
struma demikian besar hingga pembuluh nadi leher atau batang tenggorok terancam
dengan penyumbatan hanya sebagian tiroid dikeluarkan untuk memudahkan
pembedahan, sebelumnya operasi dilakukan terapi dengan tiroistatik dan iod guna
mengurangi vaskularisasi (memadatkan) kelenjar.
7
Senyawa-senyawa-iod radio aktif, yakni isotop-isotop iod
125, 131 atau132, setelah diserap oleh tiroid merusak sebagian jaringan dengan
penyinaran radioaktif (sinar-sinar beta). Obat-obat lain adakalanya digunakan
untuk mengurangi gejala-gejalanya (terutama takikardia dan kegelisahan) adalah
beta-bloker propranolol, guanetidin dan reserpin, yang mengurangi efek tiroksin
di jaringan-jaringan perifer dengan jalan blokade susunan saraf simpatis.
· ANTITIROID
Antitiroid atau tiroistatik adalah zat yang berkhasiat
menekan produksi hormon-hormon tiroid dan digunakan pada keadaan-keadaan
hiperfungsi tiroid (hipertirosis)
Secara
kimia dapat dibagi dalam beberapa kelompok :
1. Derivat-derivat tioamida yang
terdiri dari derivat-tiourea (metil- & propiltiourasil) serta
derivat-tioimidazol (karbimazol & tiamazol)
2. Iodida (NaI & KI) yg
merintangi pembebasan hormon ke dlm da-rah; mulai kerjanya cepat tanpa masa
latensi sebagai tioamida, juga tidak mengakibatkan hiperplasia, pertumbuhan
berlebihan dari tiroid; berhubung kurang efektif, kini tak banyak digunakan
3. Kalium perkelorat (KClO4)
yang merintangi penangkapan iodida dan pemadatannya oleh tiroid; meskipun
kerjanya efektif, jarang digunakan berhubung efek sampingnya (agranulositosis)
Selain
itu dikenal pula sejumlah obat lain yang dapat menyebabkan hipotirosis, antara
lain PAS, fenilbutason, sulfonilurea (tolbutamid) dan garam-garam litium.
· Derivat tioamida
Khasiat tiroistatiknya berdasarkan dirintanginya pengikatan
iod pada tirosin atau pembentukan T3 dan T4 dari mono- dan di-iodtirosin.
Kelenjar masih tetap aktif, hanya tidak menghasilkan hormon-hormonnya lagi.
Karena itu hipofisis hilang remnya & meningkatkan produksi TSH-nya hingga
tiroid distimulir berlebihan & bertambah besar (hiperplasia), juga
eksoftalmus yang ada akan memburuk. Guna mencegah hiperplasia ini, maka terapi
biasanya dikombinasi dengan serbuk organ guna merintangi sistem
hipotalamus-hipofisis.
Efek terapi baru nampak setelah beberapa minggu sampai
beberapa bulan, karena simpanan hormon dalam tiroid harus dihabiskan dahulu
(masa latensi). Pengobatan harus dilakukan secara rutin selama ½ - 3 tahun
sebelum semua gejala hilang. Akan tetapi sebetulnya penyakitnya tidak
disembuhkan. Sesudahnya beberapa waktu yang singkat atau lama, penyakit akan
kambuh kembali atau juga terjadi hipotirosis. Karena itu pasien yang telah
sembuh seharusnya diawasi kadar tiroksin darahnya setahun sekali agar
hipotirosis dpt diketahui sedini mungkin. Sebaiknya juga waspada untuk penyakit
yang sering menyertai hipertirosis (diabetes & anemia pernisiosa).
Tiroistatika juga digunakan sebagai premedikasi sebelumnya operasi, biasanya
bersama iod-iodida (sol lugol). Efek sampingnya jarang terjadi dan bersifat
ringan, antara lain nyeri kepala, gangguan lambung-usus dan reaksi-reaksi
kulit. Pada penggunaan lama dosis tinggi bisa terjadi depresi sumsum tulang
dengan leukopenia dan agranulositosis yang ditakuti. Maka jika gejala-gejala
sakit leher & demam timbul, terapi harus segera dihentikan.
· Iodida
Kaliumiodida adalah obat pertama yang digunakan untuk
menyembuhkan struma (penyakit gondok) dan hipertirosis. Khasiat iodida terhadap
tiroid adalah kompleks, dalam dosis rendah dibubuhi pada garam dapur (2 :
100.000) guna mencegah dan mengobati penyakit iod-basedow dan kretinisme.
Sebaliknya dosis besar yang digunakan untuk waktu lama, misalnya dalam obat
batuk pada bronchitis dapat mengakibatkan struma dan hipertirosis. Kerjanya
cepat, tanpa masa latensi, tetapi tidak semua gejala dihilangkan dan setelah
beberapa waktu kerapkali tidak efektif lagi, malah gejala-gejala memburuk. Maka
sekarang tidak banyak digunakan lagi. Kebutuhan tubuh akan iodida ±150
mcg/hari. Dosis ; oral 2 kali sehari 60 mg kaliumiodida sebagai larutan
jenuhnya atau sebagai larutan lugol
• Propiltiourasil
Turunan dari metiltiourasil dan merupakan senyawa tioamida
pertama yang digunakan sebagai tiroistatikum
Nama generik :
Propiltiourasil
Nama dagang di
Indonesia : Propiltiouracil (generik)
Indikasi :
hipertiroidisme
Kontraindikasi :
hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement regimen tidak
boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : Tablet 50 mg
dan 100 mg
Dosis dan
aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m2/hari,
dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8
jam. untuk hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional
memerlukan 600-900 mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/hari dalam dosis terbagi
setiap 8-12 jam. Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al,
2006)
Efek samping : ruam kulit,
nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan
pendarahan, mual muntah, hepatitis.
Mekanisme Obat: menghambat
sintesis hormon tiroid dengan memhambatoksidasi dari iodin dan menghambat
sintesistiroksin dan triodothyronin (Lacy, et al, 2006)
Resiko khusus : .
Hati-hati penggunaan pada pasien lebih
dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinnemia dan pendarahan,
kehamilan dan menyusui, penyakit hati.
Khasiatnya
lebih kurang sama, tetapi zat ini lebih jarang menyebabkan efek sampingan
alergis daripada derivat metilnya; sehingga propiltiourasil banyak digunakan
• Karbimazol (neo-mercazol)
Turunan tiomidazol lebih kurang 10 kali kuat dari
propiltiourasil, kerjanya lebih cepat dan lama
Indikasi : agent
antitiroid
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg,
10 mg, 20 mg
Dosis dan
aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara
0,2 mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari.
Untuk dewasa:
hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; hipertiroid berat 60
mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
Efek samping : sakit
kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung, edema.
Resiko khusus : pada pasien
diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan myelosupression, kehamilan
• Tiamazol (metimazol)
Nama generik : Karbimazole
Nama dagang di Indonesia : Neo
mecarzole (nicholas).
Indikasi :
hipertiroidisme
Kontraindikasi : blocking
replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg
Dosis dan aturan pakai : 30-60
mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis diturunkan menjadi 5-20 mg/hari;
biasanya terapi berlangsung 18 bulan.
Sebagai blocking replacement regimen,
karbamizole 20 – 60 mg dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg.
Untuk dosis anak mulai dengan 15
mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
Efek samping : ruam kulit,
nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan
pendarahan, mual muntah, leukopenia.
Resiko khusus : penggunaan
pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinemia
dan pendarahan, kehamilan dan menyusui (Lacy, et al, 2006).
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Tiroid atau kelenjar gondok adalah
sebuah organ kecil yang terdiri dari dua bagian yang dihubungkan jembatan,
mirip prisai (bahasa yunani thyreos=prisai); letaknya di bagian bawah leher
mendampingi batang tenggorokan. Terdapat 2 kelainan dalam sekresi hormone
tiroid yaitu hipofungsi dan hiperfungsi. Pada hipotirosis atau hipofungsi
tiroid aktivitas kelenjar lebih rendah dari normal dan produksi
hormon-hormonnya berkurang. Hormon tiroid dalam Penggunaan Klinis, penggunaan
satu-satunya yang tepat dari hormon-hormon tiroid adalah pada terapi-substitusi
dari hipotirosis. Pengobatannya dilakukan dengan terapi-substitusi dengan
serbuk tiroid atau hormonnya seperti Serbuk tiroid (thyranon), Tiroksin (T4),
Liotironin (Triidtironin T3). Obat-obatan tersebut memiliki efek samping dalam
tubuh.
Pada keadaan hiperfungsi tiroid
justru terdapat overproduksi hormone- hormone tiroid. Terapi hipertirosis
ditujukan terhadap mengurangi aktivitas tiroid, yakni dengan mengeluarkan atau
merusak sebagian kelenjar (operasi atau iod radio-aktif), atau dengan
mengurangi produksi hormon-hormonnya dengan tiroistatika. Antitiroid atau
tiroistatik adalah zat yang berkhasiat menekan produksi hormon-hormon tiroid
dan digunakan pada keadaan-keadaan hiperfungsi tiroid (hipertirosis). Terdapat
pula sejumlah obat yang dapat menyebabkan penurunan hormone tiroid seperti
Derivat tioamida, Iodida, Propiltiourasil, Karbimazol (neo-mercazol), dan
Tiamazol (metimazol).
DAFTAR
PUSTAKA
Olson,
James M.D., Ph.D. 2003. Belajar mudah farmakologi. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar